fbpx

Tradisi Musik Orang Lampung

Screenshot 2024-01-26 130233

Categories



Published

December 30, 2022

HOW TO CITE

Riyan Hidayatullah

Universitas Lampung

https://orcid.org/0000-0001-7382-229X

DOI: https://doi.org/10.55981/brin.604

Keywords:

Musik Tradisi, Musik Lampung, Budaya Lampung, Musik Tradisional, Budaya, Tradisi Lampung, Masyarakat Lampung, Orang Lampung

Synopsis

Buku mengenai tradisi musik orang Lampung ini digunakan sebagai acuan utama dalam pembelajaran musik tradisional Lampung, terutama yang berkaitan dengan aspek sejarah, sosial, dan pendidikan musiknya. Kurangnya literatur tentang buku musik terutama yang berkaitan dengan aspek budaya Lampung, mendorong penulis untuk memulai diskusi dalam tulisan kali ini. Ihwal buku memang diperuntukkan bagi mahasiswa PSPM, tetapi secara global materi bahasan di dalamnya dapat juga digunakan oleh pihak lain, seperti peneliti, guru, dosen, praktisi musik, dan pelajar di bawah bimbingan guru. Materi dalam buku ini bukan merupakan materi dasar, tetapi masih dibutuhkan buku tentang kajian musik tradisional Lampung untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif.

Selamat membaca!

Author Biography

Riyan Hidayatullah, Universitas Lampung

Riyan Hidayatullah yang memiliki gelar Sarjana Pendidikan Musik dan Master di bidang Pendidikan Seni adalah seorang dosen di Program Studi Pendidikan Musik Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Spesialisasi alat musik yang dikuasai adalah gitar listrik dan konta-bas. Pengalaman bermusik diantaranya menjadi pemain gitar di beberapa grup band, tergabung dalam orkestra Gita Bahana Nusantara dan beberapa orkestra di kota Bandung dan Jakarta.
Riyan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan kedua orang tuanya berprofesi sebagai guru. Kehidupan bermusiknya dimulai saat berusia 13 tahun mengikuti berbagai festival band dan kemudian memutuskan untuk menempuh pendidikan musik formal di Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung. Program S1 dan S2 diselesaikan dalam waktu tujuh tahun. Kehidupan bermusiknya tidak pernah lepas dengan pendidikan. Riyan pernah mengajar mulai jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas. Selain menjadi staf pengajar di Universitas Lampung, Riyan aktif menulis buku dan meneliti.
Beberapa buku yang pernah disusun diantaranya: Dasar-dasar Musik dan Estetika Seni tahun 2016, Lanskap musik nonteks tahun dan Pengantar seni pertunjukan Lampung tahun 2017. Buku terakhir yang diterbitkan Pendidikan Musik: Pendekatan Musik untuk Anak di era 4.0, Pendidikan Musik di Era Digital (Book Chapter), Sistem Komunikasi Musikal dalam Gitar Tunggal Lampung Pesisir (Book Chapter), Metode Pembelajaran Pisaan Lampung, dan Solfegio tahun 2021. Di tahun 2022, Riyan menyelesaikan pendidikan doktornya di Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

References

Hadikusuma, H., Barusman, & Arifin, R. (1977). Adat istiadat daerah Lampung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Retrieved from http://repositori.kemdikbud.go.id/12108/

Hidayatullah, R. (2022). “Gamolan pekhing”: Telaah filsafat pada kesenian masyarakat Lampung. Journal of Music Science, Technology, and Industry, 5(1), 115–130. Retrieved from https://doi.org/10.31091/jomsti.v5i1

Irianto, S., & Margaretha, R. (2011). Piil pesenggiri: Modal budaya dan strategi identitas ulun Lampung. Makara, Sosial Humaniora, 15(2), 140–150. Retrieved from https://doi.org/10.7454/mssh.v15i2.1420

Merriam, A. P. (1964). The anthropology of music. Illinois: Northwestern University Press.

Monash University. (2011). Gamolan and its significance [Webpage]. Retrieved 28 December 2022, from https://www.monash.edu/news/articles/gamolan-and-its-significance

Rose, A. M. (1995). A place for indigenous music in formal music education. International Journal of Music Education, os-26(1), 39–54. Retrieved from https://doi.org/10.1177/025576149502600104

Ariyani, F. (2015). Konsepsi piil pesenggiri menurut masyarakat adat Lampung Waykanan di Kabupaten Waykanan (Sebuah pendekatan discourse analysis). Bandar Lampung: Aura: CV. Anugrah Utama Raharja.

Blacking, J. (2000). How musical is man? (6th ed.). Seattle: University of Washington Press.

Funke, F. W. (2018). Orang Abung: Cerita rakyat Sumatra Selatan dari waktu ke waktu. Yogyakarta: Thafa Media.

Hadikusuma, H. (1990). Masyarakat dan adat budaya Lampung. Bandung: Mandar Maju.

Hadikusuma, H., Barusman, & Arifin, R. (1977). Adat istiadat daerah Lampung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Retrieved from http://repositori.kemdikbud.go.id/12108/

Irawan, R. (2013). Deep structure pada peting gambus dan gitar Lampung Pesisir (Master Thesis). Pasca Sarjana Kajian Musik Nusantara, Institut Seni Indonesia Surakarta, Surakarta, Jawa Tengah.

Irianto, S., & Margaretha, R. (2011). Piil pesenggiri: Modal budaya dan strategi identitas ulun Lampung. Makara, Sosial Humaniora, 15(2), 140–150. Retrieved from https://doi.org/10.7454/mssh.v15i2.1420

Mehr, S. A., Singh, M., Knox, D., Ketter, D. M., Pickens-Jones, D., Atwood, S., … Glowacki, L. (2019). Universality and diversity in human song. Science, 366(6468), eaax0868. Retrieved from https://doi.org/10.1126/science.aax0868

Misthohizzaman. (2006). Gitar klasik Lampung: Musik dan identitas masyarakat Tulang Bawang (Tesis). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Monash University. (2011). Gamolan and its significance [Webpage]. Retrieved 10 February 2022, from https://www.monash.edu/news/articles/gamolan-and-its-significance

Sinaga, R. M. (2012). (Re)produksi piil pesenggiri: Identitas etnis Lampung dalam hubungan dengan pendatang. Antropologi Indonesia, 33(2), 98–109. Retrieved from https://doi.org/10.7454/ai.v33i2.2130

Spiller, H. (2004). Gamelan: The traditional sounds of Indonesia. Santa Barbara, Calif: ABC-CLIO.

Sumerta D. A., I. W. (2012). Gamolan pekhing: Musik bambu dari Sekala Berak. (C.H. Cahyo Saputro,Ed.). Bandar Lampung: Sekelek Institute Publishing House.

Syahrial. (2019). Kias tradisi lisan orang Lampung. Wedatama Widya Sastra.

Udin, N., Sudrajat, R., Akhyar, W., Rejono, I., & Sanusi, E. (1992). Tata bahasa bahasa Lampung dialek Pesisir. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Williams, S. (2010). Focus: Irish traditional music. New York: Routledge.

Barnawi, E. (2013). Talo balak Lampung [Webpage]. Retrieved 9 July 2020, from https://www.youtube.com/watch?v=ZDgm8BEaLv0

Barnawi, E. (2015). Gaya kepemimpinan kelompok kesenian talo balak Kota Alam di Lampung Utara (Thesis). Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. Retrieved 11 May 2020 from http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/667

Barnawi, E., & Irawan, R. (2020). Gambus Lampung Pesisir dan sistem musiknya. Yogyakarta, Indonesia: Graha Ilmu.

Egi. (2016). Serdam, Mengungkapkan Isi Hati Sang Peniup [Webpage]. Retrieved 10 February 2022, from http://malahayati.ac.id/?p=15773

Harahap, I. (2005). Alat musik dawai. (E. Suanda,Ed.). Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Hasyimkan, & Hidayatullah, R. (2020). Gamolan dan hadrah. Yogyakarta, Indonesia: Graha Ilmu.

Hidayatullah, R., Jazuli, M., & Syarif, M. I. (2021). The identity construction through music notation of the indigenous style of gitar tunggal Lampung Pesisir. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 21(2), 303–317. Retrieved from https://doi.org/10.15294/harmonia.v21i2.30253

Irawan, R. (2020). Terminologi gambus dalam spektrum musik di Indonesia. Journal of Music Science, Technology, and Industry, 3(1), 25–41. Retrieved from https://doi.org/10.31091/jomsti.v3i1

Mamak LiL Rajo Gamolan. (2018). Mamak LiL Rajo Gamolan..Alat Musik Sekhdam Serdam Sekala Brak Lampung.. [YouTube]. Retrieved 10 February 2022, from https://www.youtube.com/watch?v=P2m1ptGIocw

Misthohizzaman. (2006). Gitar klasik Lampung: Musik dan identitas masyarakat Tulang Bawang (Tesis). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sumerta D. A., I. W. (2012). Gamolan pekhing: Musik bambu dari Sekala Brak. (C.H. Cahyo Saputro,Ed.). Bandar Lampung: Sekelek Institute Publishing House.

Barnawi, E., & Irawan, R. (2020). Gambus Lampung Pesisir dan sistem musik-

nya. Yogyakarta, Indonesia: Graha Ilmu.

Martiara, R. (2019). Cangget igol penyimbang penghormatan kepada kelompok keturunan perempuan. In Bunga rampai purnabakti Prof. Drs. Soeprapto Soedjono, MFA., Ph.D: Bersama menyigi dan me-

neroka: Fotografi, media, dan seni (pp. 289–302). Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta. Retrieved from http://digilib.isi.ac.id/7660/1/Pages%20from%20Menyigi%20dan%20Meneroka%20-%20Fotografi-Media-Seni.pdf

Misthohizzaman. (2006). Gitar klasik Lampung: Musik dan identitas ma-syarakat Tulang Bawang (Tesis). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Monash University. (2011). Gamolan and its significance [Webpage]. Retrieved 10 February 2022, from https://www.monash.edu/news/articles/gamolan-and-its-significance

Barnawi, E. (2017). Eksistensi gitar klasik Lampung tulang bawang dan pengembangannya. In N. Y. Ariyanti, E. S. Agustina, S. R. Sulistyanti, Hartoyo, E. Suroso, & Sumaryo (Eds.), Prosiding kegiatan ilmiah tingkat nasional kearifan lokal dalam dinamika masyarakat multikultural (pp. 267–279). Bandar Lampung: LPPM Universitas Lampung.

Harahap, I. (2005). Alat musik dawai. (E. Suanda,Ed.). Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Hidayatullah, R., Jazuli, M., & Syarif, M. I. (2021). The identity construction through music notation of the indigenous style of gitar tunggal Lampung Pesisir. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 21(2), 303–317. Retrieved from https://doi.org/10.15294/harmonia.v21i2.30253

Lockard, C. A. (1998). Dance of life: Popular music and politics in Southeast Asia. Honolulu, HI: University of Hawai`i Press.

Misthohizzaman. (2006). Gitar klasik Lampung: Musik dan identitas masyarakat Tulang Bawang (Tesis). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wilson, O. (2013). Popular music as local culture: An ethnographic study of the album Matha Wa! by the band Paramana Strangers from Papua New Guinea. Musicology Australia, 35(2), 253–267. Retrieved from https://doi.org/10.1080/08145857.2013.844516

Scroll to Top
×