Wiwin Indiarti
Universitas PGRI Banyuwangi
Anasrullah
Pesinauan – Sekolah Adat Osing
Keywords:
Lontar, Sri Tanjung, Manuskrip, Kidung, Banyuwangi
Synopsis
SRI TANJUNG, sebuah puisi lirik Jawa Kuno, merentangkan romansa percintaan yang diliputi pertemuan, intrik, kemalangan, kisah penyucian jiwa, perjumpaan kembali, dan kebahagiaan. Kisah ini tidak hanya tertera dalam manuskrip, namun ia mewujud dalam bentuk pahatan relief, menjadi legenda etiologis, dan pernah hidup dalam ritual pelantunan tembang di ujung timur Jawa. Sri Tanjung diyakini merupakan kelanjutan dari cerita Sudamala, kisah lika-liku petualangan si kembar Pandawa, yaitu Sakula dan Sadewa. Sedangkan Sri Tanjung merupakan kisah lanjutan yang menceritakan keturunan si kembar Pandawa tersebut, Sri Tanjung dan Sidapaksa. Kedua kisah itu memiliki akar pada epos besar Mahabharata, yang tercatat sebagai salah satu hasil kebudayaan India kuno dan memiliki andil terhadap perkembangan kesusastraan Jawa pada umumnya.
Dalam wujud naskah, puisi Sri Tanjung diduga ditulis di mandala dan asrama sastra Blambangan, yang berkembang pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas. Larik-larik puisi yang dikenal sebagai kidung Sri Tanjung itu dianggap sebagai hasil sastra dan kebudayaan kerajaan Blambangan di ujung timur Jawa. Ketika dikuasai oleh VOC pada tahun 1770-an, wilayah Banyuwangi merupakan kepingan terakhir dari kerajaan Hindu Blambangan – sebuah kerajaan di ujung timur Jawa – yang berdasarkan legenda etiologisnya berkait erat dengan kisah Sri Tanjung.
Manuskrip Sri Tanjung terbagi setidaknya atas versi Bali dan versi Banyuwangi. Perbedaan naskah Sri Tanjung versi Banyuwangi dengan versi Bali, salah satunya adalah dalam pola pembagian pupuh. Semua naskah Sri Tanjung versi Bali memiliki bentuk yang sama, hanya menggunakan satu pupuh ukir, dengan bait panggalang di kawitan (bagian awal pupuh). Sedangkan Sri Tanjung Banyuwangi terdiri atas setidaknya empat pupuh berbeda (ukir, mijil, mahesa langit, dan durma). Buku ini merupakan tulisan pertama yang menulis secara lengkap transliterasi dan terjemahan atas manuskrip Sri Tanjung versi Banyuwangi.
Author Biographies
Wiwin Indiarti, Universitas PGRI Banyuwangi
Wiwin Indiarti lahir di Banyuwangi pada 1978. Menyelesaikan studi sarjana dan magister di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Ma- da. Saat ini menjadi dosen tetap di Fakultas Bahasa dan Seni Univer- sitas PGRI Banyuwangi. Ia menjadi anggota Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) sejak tahun 2018. Aktivitas lainnya adalah menjadi sekretaris Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) PD Osing dan penerjemah paruh waktu. Sebagai anggota penuh Him- punan Penerjemah Indonesia (HPI) ia aktif menerjemahkan karya sastra serta kajian sosial-budaya. Terjemahannya yang sudah diterbit- kan adalah Pinokio: Kisah Sebuah Boneka karya Carlo Collodi (Liliput, Yogyakarta, 2005), Eksekusi: Pencerahan Menjelang Kematian karya Ernest J. Gaines (Pilar Media,Yogyakarta, 2006), Gayatri Spivak: Etika, Subalternitas dan Kritik Penalaran Poskolonial karya Stephen Morton (Pararaton, Yogyakarta, 2008) dan Banyuwangi in Figures 2013 (Ba- dan Pusat Statistik dan Bappeda Kabupaten Banyuwangi, 2013). Buku dari hasil penelitian yang sudah terbit adalah Lontar Yusup Banyu- wangi: Teks Pegon – Transliterasi – Terjemahan (Elmatera, 2018), Olah Rasa Ujung Timur Jawa: Makanan Ritual dalam Kebudayaan Osing (Elmatera, 2019) dan Babad Tawangalun: Wiracarita Pangeran Blambangan dalam Untaian Tembang (PERPUSNAS Press, 2019). Ia aktif mengikuti berbagai pertemuan ilmiah dan melakukan penelitian tentang bahasa, sastra, folklor, dan kajian sosial-budaya. Pada tahun 2013 ia mendapatkan hibah penelitian dari Bappeda Kabupaten Banyuwangi untuk penelitian tentang pengembangan pariwisata berba- sis partisipasi masyarakat. Pada tahun yang sama (2013) ia menda- patkan hibah penelitian dari KEMENRISTEK-DIKTI untuk penelitian tentang penerjemahan istilah budaya Osing. Tahun 2015 ia men- dapatkan hibah penelitian dari KEMENRISTEK-DIKTI mengenai peran dan relasi gender dalam lakon Barong Osing. Tahun 2016 ia menda- patkan hibah penelitian dari KEMENRISTEK-DIKTI untuk penelitian mengenai strategi dan model pengembangan desa wisata dengan konsep community – based ecotourism. Tahun 2018 ia mendapatkan hibah pengabdian dari KEMENRISTEK-DIKTI untuk preservasi dan re- vitalisasi Mocoan Lontar Yusup Banyuwangi. Tahun 2019 ia menda- patkan hibah pengabdian dari KEMENRISTEK-DIKTI untuk preservasi dan revitalisasi makanan ritual Osing di Banyuwangi. Pada Maret 2019 ia menjadi salah satu tim digitalisasi naskah kuno di Banyuwangi melalui program DREAMSEA (Digital Repository of Endangèrèd and Affected Manuscripts in Southeast Asia) yang diinisiasi oleh Centre for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) Universitas Hamburg- Jerman bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (PPIM UIN) Syarif Hidayatullah-Jakarta. Tahun 2020 ia mendapatkan hibah pengabdian dari KEMENRISTEK- BRIN untuk preservasi dan revitalisasi Mocoan Lontar Yusup bagi kaum milenial. Pada tahun 2020 dua bukunya, Lontar Yusup Banyu- wangi dan Olah Rasa Ujung Timur Jawa mendapatkan penghargaan dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) sebagai karya terpilih Program Akuisisi Kearifan Lokal yang diadakan LIPI Press. Tahun 2020 ia mendapatkan anugerah penghargaan UGM Alumni Awards, kategori Pelopor Pelestari Kebudayaan, dari Universitas Gadjah Mada. Karya tulis hasil penelitiannya tersebar di berbagai jurnal ilmiah, di antaranya Manuskripta, Ranah, Jantra, Patrawidya, Jati Emas, dan Jentera.
Email: wiwinindiarti@gmail.com
Anasrullah, Pesinauan – Sekolah Adat Osing
Anasrullah lahir di Ngawi tahun 1976. Bekerja sebagai editor lepas untuk beberapa penerbit. Tahun 2019, bersama Wiwin Indiarti dan Suhalik menulis buku Babad Tawangalun – Wiracarita Pangeran Blambangan dalam Untaian Tembang, yang memenangkan peng- hargaan karya terpilih Program Alih Aksara, Alih Bahasa, Saduran, dan Kajian Naskah Kuno Nusantara Berbasis Kompetisi yang diadakan Perpusnas RI dan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA). Buku anak-anaknya yang sudah diterbitkan adalah Kitab Monster dan Makhluk-Makhluk Ajaib (2007) Hap, Kunyah-kunyah! (2008), Rani Si Pelari (2008), Kisah Sebuah Timbangan (2008), Aduh-aduh Sakit (2008) dan Monster Gumpalan (2008). Karya puisi dan cerpennya te- lah dibukukan dalam beberapa antologi puisi dan cerpen; Dian Sastro for President (2004), Blocknot Poetry (2004), Deep Space Blue Tes- timony (2004), dan Se-puluh Kisah Cinta yang Mencurigakan (2005). Hasil riset lapangannya tentang kesehatan reproduksi yang didanai INSIST terangkum dalam buku Menyisir dari Pinggir: Cerita-cerita Advokasi Keluarga Berencana/ Kesehatan Reproduksi dari Lapangan (2005). Kecintaannya di dunia sastra dan kepenulisan dimulai sejak kuliah di Fakultas Sastra jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada dan belajar mendongeng di Lembaga Rumah Dongeng Indonesia. Menetap di Cungking, Banyuwangi sejak tahun 2011. Saat ini tengah berusaha keras menguasai pelantunan tembang cara Osing, mocoan lontar.
Email: sm.anasrullah@gmail.com
References
Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Aminoedin, Anis, Widodo Hs, Mansur Hasan & Zuchridin Suryawinata. 1986. Penelitian Bahasa dan Sastra dalam Naskah Cerita Sri Tanjung di Banyuwangi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arifin, Winarsih P. 1987. “Babad-babad Balambangan”. Dalam 10 Tahun Kerjasama Puslitnas Arkenas dan EFEO. Jakarta:
Proyek Penelitian Purbakala Depdikbud.
Arifin, Winarsih P. 1995. Babad Blambangan. Yogyakarta: EFEO & Bentang Budaya.
Arifin, Winarsih P. 1995. Babad Sembar : chroniques de l’est javanais. Paris: EFEO.
Arps, Bernard. 1990. “Singing the life of Joseph: An all-night reading of the lontar Yusup in Banyuwangi, East Java”, dalam
Indonesia and Malay World, No. 53 November 1990. DOI: 10.1080/03062849008729747.
Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
Baribin, R., Rahajoe, S., Ekowardono, B. K., Suharianto, S. & Indiatmoko, S. B. 1992. Inventarisasi Sastra Jawa Pesisir Sebelum Abad XX. Jakarta: Depdiknas.